Ibarat petir di siang bolong, pada Sabtu pekan lalu, warga Hawaii di Amerika Serikat tiba-tiba saja dikagetkan oleh peringatan bahwa ada rudal balistik yang tengah meluncur ke kepulauan tersebut.
Cara Cek Kuota Indosat
Setelah sempat menimbulkan kepanikan, peringatan ditarik kembali sekitar 38 menit kemudian. Hawaii Emergency Management Agency (HEMA) yang bertanggung jawab soal itu menyatakan bahwa ada pegawainya yang melakukan kesalahan saat memakai komputer untuk melakukan tes internal.
Ceritanya, pada Sabtu (13/1/2018) pagi sekitar pukul 8.05, sang pegawai yang namanya tidak disebutkan itu menjalankan program untuk memulai uji peringatan rudal secara internal.
Cara Cek Nomor Simpati
Dalam program dia melihat dua opsi dalam sebuah menu drop down, masing-masing berbunyi “Tes peringatan rudal” dan “Peringatan rudal”. Mungkin karena bingung mana yang harus dipilih, si pegawai menekan opsi kedua sehingga peringatan rudal benar-benar dikeluarkan ke publik.
“Dalam kasus ini, operator memilih opsi menu yang salah,” sebut juru bicara HEMA Richard Rapoza, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari The Washington Post, Selasa (16/1/2018).
Cara Cek Kuota Internet 3
Pesan berbunyi “Ancaman rudal balistik meluncur ke Hawaii. Cari perlindungan secepatnya. Ini bukan latihan” yang seluruhnya tertulis dalam huruf kapital pun mendadak muncul di layar-layar ponsel warga Hawaii.
Sebuah pesan lebih panjang yang menjabarkan langkah-langkah perlindungan seperti “menjauhlah dari jendela” dan “segera menepi apabila sedang berkendara” ikut ditayangkan di siaran televisi.
Akibatnya, ribuan orang panik. Terlebih, sebelum peringatan salah itu muncul, Amerika Serikat bersitegang dengan Korea Utara yang berkali-kali mengancam bakal menyerang Negeri Paman Sam dengan rudal balistik berhulu ledak nuklir.
Antarmuka buruk?
Kepala otoritas telekomunikasi AS Federal Communications Commission (FCC) Ait Pai mengatakan peringatan keliru di Hawaii merupakan hal yang “sangat tidak bisa diterima”.
“Dari informasi yang kami terima, pemerintah Hawaii sepertinya tidak memiliki mekanisme pengamanan atau kendali proses untuk mencegah penyiaran alarm palsu,” sebut Pai dalam sebuah pernyataan.
Dari keterangan HEMA, agaknya antarmuka (UI) yang buruk dan membingungkan menjadi pangkal persoalan. Dugaan ini diperkuat oleh pernyataan juru bicara Richard Rapoza, terhadap human error yang dilakukan sang pegawai HEMA.
“Masalahnya, terlalu mudah bagi siapapun untuk melakukan kesalahan besar macam demikian,” ujar Rapoza. Adapun sang pegawai kini telah dipindahtugaskan untuk sementara, tapi dia tak diberhentikan.
Mungkin si pegawai tak mendapat permintaan konfirmasi ulang ketika operator memilih sebuah opsi yang keliru sistem peringatan serangan rudal. Peringatan yang keliru itu pun segera meluncur ke publik.
Diberi tombol “cancel”
Selain dugaan UI yang membingungkan, ternyata ada masalah lain berupa tidak adanya tombol “cancel” usai menjalankan sebuah perintah di sistem peringatan rudal HEMA.
Walhasil, ada jeda waktu puluhan menit antara alse alarm dan penarikannya (dalam bentuk pemberitahuan melalui ponsel bahwa peringatan tersebut keliru). Sistem HEMA sedari awal memang tidak memiliki mekanisme untuk mengoreksi kesalahan pengumuman secara segera.
Rapoza mengatakan bahwa kelemahan tersebut kini telah diperbaiki dengan menambah sebuah tombol “cancel” yang bisa ditekan dalam hitungan detik untuk mengirim koreksi dengan cepat, apabila di kemudian hari terjadi kesalaahan serupa.
“Sebelumnya tak ada tombol cancel. Tak ada tombol false alarm sama sekali,” kata Rapoza. “Sekarang sudah ada command untuk segera menyiarkan pesan lewat sistem yang sama berbunyi “alarm palsu. Mohon abaikan,’ begitu kesalahan teridentifikasi,” imbuh dia.